Menjadi pelajaran bagiku bahwa kedekatan seorang Ibu dengan Anak-anaknya merupakan keharusan. Bertanya dan membuat mereka nyaman bercerita apapun kepada Ibu adalah sesuatu yang harus dibudayakan dalam sebuah keluarga. Yang tidak aku dapatkan ketika aku tumbuh dewasa. Yang aku alami adalah Ibu terlampau sibuk mencari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dengan sedikit mengabaikan kedekatan dengan anak-anaknya. Dengan beralih-alih mencari uang kami serasa sendirian menghadapi kehidupan. Tak menceritakan yang kami alami, dan terkadang salah langkah mengambil keputusan sudah sangat sering kami alami.
Satu hal yang sangat membuatku menyesal adalah ketika tidak menceritakan keberadaan seseorang yang telah membuatku merasakan sesuatu yang tak kutemukan dengan calon suamiku sekarang. Walaupun ini masa depanku namun sebenarnya aku butuh bimbinganmu, Ibu. Namun, tak ada saran dan tak ada ungkapan bahwa kau masih ragu. Kau pikir aku menyukainya. Itu sudah cukup. Namun, kebelakang ini baru aku tahu bahwa Engkau masih meragukannya menjadi menantumu. Bukan keputusan tentang pernikahan yang aku sesalkan. Tetapi, lebih kepada kurang kedekatan dan kenyamanan bercerita antara kita. Seperti ada batas yang boleh dibicarakan dan tak boleh dibicarakan.
Ibu...
Aku belajar darimu arti ketabahan mencari nafkah sendirian.
Aku belajar darimu bersabar menghadapi peliknya kehidupan.
Aku belajar darimu mendidik anak bertanggung jawab.
Engkau adalah Ibu terbaik, dan Malaikat terbaik yang dikirim Tuhan untukku.
Namun, Aku sekarang akan belajar untuk mengutamakan pelukan lengan kecil buah hatiku daripada mencari setumpuk kekayaan.
Terimakasih Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar