Di usia saya yang sudah berajak 24 tahun ini, menikah adalah suatu keputusan besar dan menjadi salah satu fase baru yang akan saya jalani nantinya. Banyak yang mencibir bahwa saya terlalu muda, masih banyak kesenangan dunia yang harus saya rasakan. Kemarin, saya bimbang dengan perkataan orang bahwa saya terlalu muda untuk sebuah pernikahan. Sekarang saya merasa beruntung, karena berani mengambil keputusan untuk menikah muda. Walau mungkin, belum memadai apa yang saya punya. Tetapi, saya yakin bahwa yang saya lalukan ini benar adanya. Benar dalam pandangan masyarakat, Benar dalam pandangan Tuhan dan Agama yang saya anut.
Dan saya juga merasa masih bisa membahagiakan Orang tua saya walaupun saya sudah menikah. Saya masih bisa membimbing sekaligus memberi contoh kepada Adik-adik saya. Serta saya bisa memberi pengertian kepada sahabat dan teman-teman saya, bahwa menikah bukanlah hal yang menakutkan. Bukanlah hal yang berat untuk dijalani. Bahkan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Sekali lagi saya masuk kelas AKSELERASI, bila yang kemarin saya masuk kelas AKSELERASI dalam bidang pekerjaan. Untuk kali ini saya masuk kelas AKSELERASI dalam kehidupan.
Bahwa di umur saya ini saya sudah belajar bagaimana menjadi seorang akutan yang baik, menjadi seorang koki yang handal, menjadi seorang pendidik yang baik. Dan semua itu tidak saya dapatkan dalam bangku pendidikan. Tak perlu menjadi Sarjana Akutansi, tak perlu ber-title-kan "Professional Chef". Namun akan ada sebuah kesadaran dimana semua itu akan dipelajari dengan senang hati untuk membahagiakan orang yang kita sayangi.
Dan pada tanggal 28 Mei 2014 yang lalu, saya sudah melepaskan masa lajang saya dan Alloh telah menjodohkan saya dengan seorang Laki - laki pemberani, berani memperjuangkan cintanya kepada saya. Berani meminang saya walau belum mapan, karena dia ingin membangun kemapanan bersama saya. Berani meyakinkan saya bahwa semua akan baik baik saja.
Dari segi materi mungkin memang kami belum mapan, rumah masih kontrak, itupun tak ada isinya. Tetapi bagi kami semua itu cukup. Saya percaya semua yang disyukuri itu pasti dilebihkan. Mungkin bukan berupa nominal, tetapi lebih kepada kebahagiaan, ketenangan, kemudahan dalam setiap urusan, senyuman hangat dari sahabat-sahabat. Yang perlu saya lakukan hanya berusaha dan berdoa, maka Tuhan akan melakukan tugasNya juga. Mungkin menu makan saya bukan daging steak yang mahal, bukan menu restoran yang harga selangit, namun di dompet pahit. Tetapi, saya lebih senang melihat senyum kekenyangan dan nafsu makan yang lahap yang ada di wajah suami atas hasil kreasi saya di dapur. I Love it!.
Memeluknya setiap hari menjadi sebuah candu, yang bila tidak dilakukan akan sangat membuat saya merindukannya. Love You so Much My Husband. Miss You...
Tetaplah bersamaku...
Jadi teman hidupku...
Berdua kita hadapai dunia...
Kau milikku milikmu...
Kita satukan tujuan dari kehidupan mendatang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar