Beberapa waktu yang lalu, aku menerima sebuah surat, surat yang berisikan kontrak kerja dari Instansi tempatku bekerja saat ini. Surat itu berbunyi bahwa saya, masih harus berusaha mengasah kemampuanku dalam mengajar dan menyampaikan Ilmuku kepada anak-anak. Alias dengan kata lain bahwa saya masih tetap di Orientasi Satu. Belum bisa naik tingkat istilahnya begitu.
Disisi lain, banyak rekan kerja yang menyayangkan ketidaknaikan pangkat saya tersebut. Mengingat apa yang sudah saya lakukan untuk lembaga tersebut. Bahkan, yang terang terangan sering terlambat dan kurang bertanggung jawabpun malah dinaikkan ke tingkat selanjutnya. Terlebih dari semua ini adalah ketidak transparannya sistem penilaian atau kriteria apakah yang harus dimiliki seorang pegawai/karyawan agar bisa naik tingkat.
Hanya karena seseorang yang Sit In di kelas ketika saya mengajar, apakah lantas itu menjadi sebuah dasar bahwa saya belum layak menjadi seorang guru. Saya tahu, pengalaman saya dalam mengajar masih sangat sedikit, dibandingkan dengan kalian-kalian yang sudah 3, 5, atau 15 tahun berkecimpung dalam pekerjaan ini. Tetapi, saya ada dibawah pimpinan ketua jurusan, kenapa beliau tidak diajak berdiskusi tentang kinerja saya yang hampir 1 tahun ini. Beliau lebih tahu, karena setiap harinya yang bersama kami di sekolah adalah beliau.
![]() |
google.com |
Menjadi sebuah pemikiran saya, sudut pandang dari kaca mata mana yang membuat semua usaha saya melengkapi kekurangan saya hanya dihargai dengan ucapan "Terimakasih". Itu tidak cukup!. Mungkin saya terlalu berharap banyak, bahwa usaha saya untuk lebih giat dalam kegiatan diluar mengajar akan menimbulkan sebuah persepsi tersendiri dari kacamata seorang pimpinan. Bahwa mungkin akan menjadi suatu penghargaan bukan hanya ucapan semata. Karena kenyataannya semua rekan-rekan berkata bahwa saya layak untuk mendapatkannya. Sekali lagi saya tidak mengerti dari kacamata mana kinerja saya dinilai.
Akan menjadi sebuah hal yang memalukan ketika seorang pimpinan tidak mampu mengayomi dan memfasilitasi anak buahnya dalam berkarya, jika masih dalam batas wajar untuk membuat lembaganya bangga. Sejatinya semua yang kami lakukan hanya untuk kelancaran semua kegiatan lembaga. Kecurangan dalam keuangan tidak akan terjadi jika disertai dengan kejelasan sistem HRD dan kesejahteraan kami tercukupi.
Kami hanya manusia lemah, mudah tergiur dengan harta berlimpah. Tetapi kami tidak rakus, tidak akan memakan uang lembaga jika memang itu bukan Hak kami. Jika ada salah satu atau salah dua di masa lalu ada yang melakuan tindakan tersebut, jangan menghakimi kami akan melakukan hal yang sama. Kami berbeda individu, dan berbeda sifat. Jadilah Pemimpin bukan hanya Pimpinan. Menjadi contoh kami dalam berkarya dengan totalitas kinerja dan sudut pandang yang obyektif. Agar kami respect dan tetap membersamai membangun lembaga ini menjadi lebih baik lagi. Perbaiki sistem penilaian kinerja karyawan dan perjelas sistem HRDnya. Objektif melihat karya jangan subjektif mendengar suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar