Oleh : Rainna
Kuhembuskan nafas panjang perlahan, agar sesak yang aku rasakan di dalam dadaku ini mampu hilang bersama dengan keluarnya udara dari hidungku. Bercampur kembali dengan angin yang mengelilingiku. Selayaknya udara tadi, kenangan tentangmu pun seakan tak ingin beranjak untuk pergi. Jangankan pergi, bahkan untuk hanya bergeser sedikitpun ia tak mengharapkannya. Dan aku, kembali lagi menelungkupkan kepalaku jauh kedalam pelukan kedua tanganku. Entah alasan apa yang membuatku harus merasa sebegitu kehilangan atas kepergianmu, wahai kekasihku.
Kehilanganmu menciptakan lubang hitam nan gelap di lubuk hatiku. Tak berdasar dan tak berujung. Hanya kelam dan kesunyian yang setia menungguiku melewati hari-hariku. Bahkan keberadaan orang-orang disekitarku, rasanya tidak cukup mampu meredam rasa kalut dan guratan kesedihan dari wajahku yang kian hari kian lesu. Hanya diam dan diam yang benar-benar menjadi teman setiaku.
Sementara aku hanya terdiam. Orang-orang terdekatku sudah mulai panik. Tak terkecuali Ayah dan Ibuku. Mereka yang selama ini selalu ada dan tak pernah jauh dariku, entah berjauhan jarak maupun berjauhan emosional. Keluarga yang terbilang sangat hangat inipun, kini terasa dingin setelah kepergianmu kekasihku. Sudah tiga bulan ini aku seperti ini, menjadi sebuah rasa kecewa karena kehilangan atau aku yang tak ingin melanjutkan kehidupan. Andai aku lebih mengerti, ternyata kehidupanku tak berhenti disaat kau pergi.
***
Hari ini Rara terlihat lebih bersemangat dan sporty dengan kemeja berwarna merah dan celana jeans dipadupadankan dengan sepatu ket berwarna senada kemejanya. Rambut hitamnya yang panjang sebahu diikatnya bergaya ponytile. Hari ini dia merasa seperti menjadi dirinya sendiri. Tak lupa senyum ramah selalu terlukis di wajah imutnya, wajah yang sedang diamati seseorang dari jauh. Seseorang yang duduk di bangku yang ia tuju. Seseorang yang sedari tadi pulalah yang menjadi sebab lukisan senyum di wajah Rara. Ahmad.
Ahmad, seorang lelaki yang memiliki segala sifat dan bayangan lelaki impian Rara. Ahmad mampu menjelma menjadi sosok kakak yang jahilnya minta maaf, terkadang menjadi sosok ayah yang selalu rela mendengarkan dan memberikan nasehat, dikala Rara dirundung masalah. Dan tak jarang pula dia bersikap romantis bak pangeran terhadap puteri jelitanya. Tak ada yang kurang dari sosok Ahmad, soleh, penyayang, humoris, pintar, setia, benar-benar sosok lelaki idaman di mata Rara. Rara merasa sangat beruntung menjadi perempuan spesial di kehidupan Ahmad.
Dari seantero penjuru kampus, Ahmad-lah yang berani menunjukkan keberanian untuk menggandeng Rara. Why? Sebenarnya tak ada sebab apa-apa, mungkin lebih karena para mahasiswa sudah minder duluan untuk menyatakan perasaannya pada Rara. Rara anak yang supel, banyak temen, aktif di organisasi kampus dan cukup dikenal oleh dosen, walaupun sekarang terbilang sebagai senior. Selain itu, untuk masalah finansial, Rara adalah anak satu-satunya dari anak pemilik perusahaan televisi swasta di negeri ini. Padahal, Ahmad hanyalah anak dari seorang angkuntan bank swasta dan Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan Ahmad hanya biasa-biasa saja.
Rara sudah memasuki kuliah di tahun ke tiga. Sementara Ahmad, sebentar lagi sudah akan menyandang predikat Sarjana Kedokteran. Mereka sama-sama mengambil jurusan di Kedokteran, dan waktu OSPEK Kampuslah yang memperkenalkan mereka satu sama lain. Terhitung sudah sekitar 2,5 tahun perjalanan cinta mereka terjalin. Kedua keluarga pun sudah setuju. Walaupun begitu, Rara dan Ahmad tetap berniat untuk fokus menyelesaikan studi dan karier dahulu, sebelum memutuskan untuk menikah. Apalagi melihat sosok Rara yang masih sangat belum siap.
Bersambung . . .
Dari seantero penjuru kampus, Ahmad-lah yang berani menunjukkan keberanian untuk menggandeng Rara. Why? Sebenarnya tak ada sebab apa-apa, mungkin lebih karena para mahasiswa sudah minder duluan untuk menyatakan perasaannya pada Rara. Rara anak yang supel, banyak temen, aktif di organisasi kampus dan cukup dikenal oleh dosen, walaupun sekarang terbilang sebagai senior. Selain itu, untuk masalah finansial, Rara adalah anak satu-satunya dari anak pemilik perusahaan televisi swasta di negeri ini. Padahal, Ahmad hanyalah anak dari seorang angkuntan bank swasta dan Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan Ahmad hanya biasa-biasa saja.
***
Rara sudah memasuki kuliah di tahun ke tiga. Sementara Ahmad, sebentar lagi sudah akan menyandang predikat Sarjana Kedokteran. Mereka sama-sama mengambil jurusan di Kedokteran, dan waktu OSPEK Kampuslah yang memperkenalkan mereka satu sama lain. Terhitung sudah sekitar 2,5 tahun perjalanan cinta mereka terjalin. Kedua keluarga pun sudah setuju. Walaupun begitu, Rara dan Ahmad tetap berniat untuk fokus menyelesaikan studi dan karier dahulu, sebelum memutuskan untuk menikah. Apalagi melihat sosok Rara yang masih sangat belum siap.
Bersambung . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar